Sejak 3 Tahun Lalu Dosen Universitas Budi Luhur, Blusukan “Tetulung Mring Sapadha” di Gunungkidul
Gunungkidul, (JOGJABERKABAR.ID) - Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak warga gunungkidul yang hidup di bawah garis kemiskinan. Banyaknya aneka bantuan pemerintah tidak serta merta membuat warga miskin bangkit dari keterpurukan dan memperbaiki ekonominya. Apalagi bagi lansia dengan kondisi keluarga miskin.
Hal demikian tentu mengusik banyak pihak baik personal maupun komunal untuk bisa turut melakukan sesuatu. Seperti yang dilakukan seorang dosen Universitas Budi Luhur Jakarta ini. Namanya Hesti Mulyono (60) tahun, sejak 3 tahun lalu selalu aktif menggalang donasi lalu mendistribusikan langsung ke masyarakat yang membutuhkan.
Hal ini dilakukan secara rutin per 3 bulan bagi setidaknya 30 KK yang tersebar di beberapa kapanewon di Gunungkidul, seperti Rongkop, Tepus, Semanu, Wonosari, Paliyan dan Playen.
Baksos yang dilakukan Hesti Mulyono ini melibatkan teman dan kerabat dosen se Indonesia khususnya Jakarta dan mahasiswanya yang tertarik dengan apa yang dilakukan sang dosen kelahiran Klaten ini.
Gerakan yang dinamai “Tetulung Mring Sapadha” ini awalnya terinspirasi oleh program Berbagi Untuk Negri saat Pandemi Covid19 melanda yang dilakukan oleh Karang Taruna Bulureja, Siraman, Wonosari. Gerakan yang dirasa baik ini membuat Hesti Mulyono ingin terus terlibat dalam kegiatan sosial kemanusiaan semacam.
Maka “Tetulung Mring Sapadha” terus digerakan bersama beberapa relawan muda yang dibentuknya melalui pertemanan di media sosial. Jika saat tergabung dengan gerakan Berbagi Untuk Negri yang disasar adalah warga lansia, “Tetulung Mring Sapadha” juga menyasar keluarga miskin dengan angota keluarga ODGJ atau Ganguan kesehatan mental. Paket bantuan sendiri berupa sembako dan uang tunai,
“Ada yang rutin ada yang harus bergantian karena kemampuan donatur, mas” demikian Hesti Mulyono menjelaskan tentang rutinitas 30 paket setiap 3 bulannya itu. Bahkan Hesti juga menjelaskan, ada beberapa yang terpaksa hanya bisa dibantu sekali, karena melihat potensi keluarga yang sebenarnya mampu jika mau bergotong-royong dalam merawat lansia atau anggota keluarga yang membutuhkan bantuan.
Melalui Tetulung Mring Sapadha, beliau mengajak siapapun untuk bisa melakukan hal kecil untuk membantu.
“Kecil bagi kita, belum tentu kecil bagi yang seperti ini lho” tukas Hesti Mulyono memberi contoh keluarga seorang nenek dengan 2 anggota keluarganya odgj dan harus dirawat oleh sang nenek.
Post a Comment